Bukan hanya rakyat Indonesia ataupun rakyat Mesir, tidak sedikit pekerja yang merasa tertekan dan terjajah dalam pekerjaannya, tetapi sebagian besar mereka baru bisa memerdekakan diri juga setelah 30 tahunan: setelah pensiun. Bila anda mulai bekerja pada usia 23 tahun dan pensiun pada usia 55 tahun, maka anda bekerja selama 32 tahun, setara dengan satu masa Orde Baru atau rezimnya Mubarak! Maka alangkah sayangnya bila di usia terbaik anda tersebut, anda tidak merdeka untuk berbuat yang terbaik menurut anda sendiri.
Lantas apa faktornya yang membuat orang harus menunggu 30 tahun-an untuk bisa 'merdeka'?
Pertama, tidak banyak yang punya keberanian. Di Indonesia misalnya sudah ada gerakan mahasiswa yang berani menentang pemerintah sejak tahun 70-an; tetapi jumlah mereka saat itu kurang banyak sehingga mudah ditumpas.
Kedua, karena tidak banyak dukungan. Keberhasilan gerakan mahasiswa tahun 1998 adalah juga karena banyaknya dukungan masyarakat luas dan para tokoh-tokoh masyarakat. Saya ingat saat itu bahkan ada seorang ibu yang setiap hari membukusi nasi untuk dikirim ke anak-anaknya dan teman-teman anaknya yang berhari-hari demo di Senayan. Hal ini tidak terjadi di tahun 1970-an.
Ketiga, adalah karena 'complacency'. Orang merasa puas dengan apa yang ada sehingga enggan melakukan perubahan. Orang-orang yang merasa diuntungkan dengan adanya rezim yang ada baik di Indonesia sampai tahun 1998, maupun di Mesir sampai awal tahun 2011, tentu mereka tidak senang dengan arah perubahan yang ada. Dan, mereka inilah yang menjadi penghalang atas upaya perubahan itu.
Tiga faktor: keberanian, dukungan dan complacency tersebut ternyata juga menjadi penyebab yang sama seseorang bisa 'terjajah' dalam pekerjaannya selama 30 tahunan sampai pensiun.
Banyak sekali pekerja yang tidak nyaman dengan pekerjaannya, tertekan karena harus melaksanakan sesuatu yang tidak sejalan dengan hatinya. Akan tetapi sebagian besarnya tidak cukup keberanian untuk melakukan perubahan, baik secara internal di dalam lingkungan tempat bekerja ataupun melompat keluar dan menciptakan pekerjaannya sendiri.
Lingkungan dekat juga tidak selalu mendukung karena istri, anak-anak, apalagi orangtua dan para mertua anda, mungkin akan menjadi penentang pertama ketika anda mengutarakan niat keluar dari pekerjaan untuk berwiraswasta. Bagi orang-orang generasi orangtua kita dan generasi para mertua kita, yang masih terimbas pengaruh feodalisme, menjadi priyayi atau pegawai adalah pekerjaan yang terbaik menurut mereka. Mereka akan cenderung enggan memberikan dukungan pada anak dan menantunya untuk mulai merintis usahanya sendiri.
Penyebab ketiga; Complacency umumnya diderita para pekerja yang sudah mapan, karena umumnya untuk mereka ini semua biaya ditanggung perusahaan. Semua urusan ada yang membereskan, maka mengapa mau bercapek-capek mulai segala sesuatu dari nol?
Terlepas dari berbagai permasalahan tersebut, kita akan bersyukur bila bisa 'memerdekakan' diri lebih cepat dari teman-teman seangkatan kerja tanpa harus menunggu 30-an tahun bekerja sampai pensiun, baru merdeka dari pekerjaan-pekerjaan yang tidak sepenuhnya sejalan dengan hati kita.
Jadi masihkah kita harus menunggu sampai usia pensiun untuk bisa 'merdeka' dan memulai berkarya di perusahaan kita sendiri, yang bisa jadi ada di cita-cita kita sedari muda? Kini mungkin waktu yang tepat untuk kita pikirkan secara serius. Berpikirlah seperti takyat Indonesia tahun 1998 dan rakyat Mesir 2011, bahwa kita bisa 'merdeka' sekarang!
Kita bisa memulai berkarya dengan ber-kantor di rumah ( http://kantor-di-rumah.com ) dan bisa memiliki bisnis mancanegara ( http://eksportir-indonesia.com ). Silahkan ambil keputusan anda sedini mungkin.
Wallahu A'lam.
Note:
Bagi anda yang menginginkan sharing membangun bisnis mandiri bersama, silahkan mengirimkan email ke nrachmanbiz@gmail.com
Tulisan Terkait:
- Tips Membangun Usaha
- Indahnya mulai Usaha dgn Bootstrapping
- Membuat cita-cita besar
- Rejeki Tidak Terbatas
- Kategorikan Aset Anda
- Bisnis Mandiri kita semua
- Alasan Berhenti Berhutang
- Pentingnya Kaum Produsen dalam Sebuah Negara.
Info Dinar Emas:
- Dinar Islam
- Dinar Emas sebagai Pengukur Kemakmuran dan Perencanaan Keuangan
- Investasi Emas: Koin Dinar, Emas Lantakan atau Emas Perhiasan ?
- Belajar Emas: Pelajari walau sampai Negeri Cina
- Bangun Ketahanan Ekonomi Keluarga dengan Dinar, tapi Jangan Menimbun Emas...!
- Antara Kambing, Dinar dan Inflasi
- Bukti bahwa Uang Kertas itu Memiskinkan Dunia.
- Inflasi yang Terus Menerus...
- Arti Kemakmuran di System Dajjal.
- 1971 adalah awal dari Manipulasi Uang Kertas.
Description: Mau menjadi korban 30 tahunan?
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Mau menjadi korban 30 tahunan?