Membangun Pola Pikir pe-Bisnis Mandiri yang Islami |
Untuk mudahnya kita memahami konsepnya, empat quadrant-nya Robert Kiyosaki saya kelompokkan menjadi dua bagian saja. Pengelompokan ini menjadi dua bagian kiri dan kanan berdasarkan kendala waktu yang kita miliki. Bila untuk meningkatkan kemakmuran kita terkendala oleh waktu – seberapa lama atau seberapa banyak kita bekerja, maka kita masih di bagian kiri. Bagian ini adalah dua quadrantnya Robert Kiyosaki Employee (E) atau pegawai, dan Self Employeed (S) yaitu swakarya atau pekerja mandiri.
Kita sudah lebih beruntung dari orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan, karena di quadrant E kita memiliki pekerjaan (have a job) atau di quadrant S kita memiliki pekerjaan sendiri (own a job). Masalahnya adalah dalam posisi ini kemungkinan besar waktu kita tersita untuk pekerjaan.
Karena kita masih harus bekerja dengan waktu kita sendiri, maka kemakmuran yang bisa kita hasilkan terbatas pada seberapa lama atau seberapa banyak kita bisa memiliki waktu bekerja ini. Karena kendala waktu ini pula maka meskipun 95 % orang bekerja sebagai pegawai dan swakarya atau quadrant E dan S, kemakmuran yang bisa mereka kumpulkan hanya 5 % dari total kemakmuran yang ada di dunia.
Bagian kedua adalah bagian kanan yang terdiri dari dua quadrant-nya Robert Kiyosaki yaitu quadrant Business Owner (B) dan quadrant Investor (I). Di quadrant B, kita sudah tidak harus bekerja dengan waktu kita sendiri karena pada quadrant ini system yang kita bangun yang bekerja. Demikian pula di quadrant I, waktu tidak menjadi kendala kita karena yang bekerja adalah orang lain di mana kita menaruh investasi Kita.
Untuk mudahnya dipahami karakter masing-masing bagian dan quadrant ini dapat dilihat pada ilustrasi di bawah.
Pindah Quadrant Ala Abu Hanifah |
Abu Hanifah muda yang bernama lengkap Al-Nu’man ibn Tsabit al-Zutha al-Farisi adalah golongan Tabi’in yang lahir di Kufah tahun 80 H. Dia lahir dari keluarga pedagang , belajar berdagang dan menjadi pedagang sejak dia belia. Artinya dia juga memulai dari bagian kiri – khususnya quadrant S yaitu sebagai pedagang.
Sampai meninggal-pun para ahli sepakat bahwa Imam Abu Hanifah masih sebagai pedagang. Hanya saja dia pedagang yang punya sangat banyak waktu untuk beribadah, menuntut ilmu dan mengajarkan ilmu. Bagaimana dia bisa mengalokasikan begitu banyak waktu disamping harus berdagang ? beliau ber-syirkah dengan orang-orang kepercayaannya untuk menjalankan usaha dagangnya dan selalu membangun pola pikir pe-bisnis mandiri yang islami.
Salah satu rekan ber-syirkah-nya Abu Hanifah adalah Hafsh ibn Abdurrahmah yang bersyirkah dengan beliau selama 30 tahun. Dari Hafsh inilah karakter unggul Abu Hanifah dalam berdagang banyak diceritakan dan menjadi contoh bagi para pedagang muslim berikutnya.
Pindah quadrantnya Abu Hanifah dari E/S ke B/I atau dari bagian kiri ke bagian kanan layak menjadi contoh karena dengan ini juga membawa setidaknya lima perubahan yang menyertainya :
- Abu Hanifah menjadi lebih banyak memiliki waktu untuk mempelajari ilmu dan juga mengajarkannya. Beliau bahkan punya waktu cukup untuk belajar bertahun-tahun di kota ilmu Madinah.
- Abu Hanifah bisa memiliki banyak waktu untuk beribadah. Di musim panas beliau hanya tidur antara dhuhur sampai ashar dan menghabiskan malamnya untuk beribadah, di musim dingin beliau menambah tidur sebentar di awal malam – dan menghabiskan sisa malamnya untuk beribadah.
- Waktu yang banyak digunakan untuk menuntut ilmu, mengajarkan ilmu dan ibadah tidak mengurangi rezekinya karena ada mitra syrikah yang amanah dalam menjalankan usaha beliau. Kecukupan rezeki ini tercermin dari sadaqah Abu Hanifah secara rutin yang pahalanya diperuntukkan bagi kedua orang tuanya saja mencapai 20 Dinar setiap bulan.
- Dengan kecukupan rezekinya, Abu Hanifah menjadi ulama yang tidak mau menerima gaji dari penguasa pada jamannya sehingga fatwa-fatwa dia bersih dari intervensi.
- Dari kecukupan rezekinya pula Abu Hanifah bisa menyebarkan ilmu sekaligus meringankan beban bagi para muridnya. Ketika ada muridnya yang tampil lusuh, dicukupkan kebutuhannya agar orang lain tidak kasihan kepadanya.
www.rumah-hikmah.com
Tulisan Terkait:
- Tips Membangun Usaha
- Indahnya mulai Usaha dgn Bootstrapping
- Membuat cita-cita besar
- Rejeki Tidak Terbatas
- Kategorikan Aset Anda
- Bisnis Mandiri kita semua
- Membangun Pola Pikir pe-Bisnis Mandiri yang Islami
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Membangun Pola Pikir pe-Bisnis Mandiri yang Islami