Sudah 69 tahun merdeka dan kita melakukan perjalanan menuju kemakmuran umat..., mendekati tujuan-pun kita belum. Di bumi yang hujannya melimpah dan semua tumbuh-tumbuhan hidup, kita masih belum bisa mencukupi kebutuhan pangan kita sendiri. Bahkan konsumsi daging kita baru mencapai sekitar ¼ dari rata-rata konsumsi daging dunia !
Nah mumpung sekarang pemimpin kafilah perjalanan ini akan berganti (lagi), mustinya menjadi kesempatan bagi kita semua untuk memperoleh pemimpin yang tahu betul tentang arah perjalanan ini yang seharusnya, tahu betul tentang perbekalan ruhiyah maupun jasadiyah yang amat sangat diperlukan agar perjalanan ini sampai kepada tujuannya.
Tetapi bagaimana kalau dari calon-calon pemimpin kafilah yang ada belum nampak ada tanda-tanda bahwa dia tahu arah perjalanan ini, bahwa dia tahu perbekalan yang dibutuhkan ? ya sebenarnya mereka belum layak memimpin. Yang layak memimpin sesungguhnya juga sudah jelas, dia haruslah orang yang beriman dan beramal shaleh (QS 24 :55) :
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik". (QS An-Nūr:55).
Iman merupakan kekuatan bekal ruhiyah, sedangkan amal shaleh merupakan kekuatan perbekalan jasadiyah.
Tetapi masalahnya di perjalanan panjang kafilah negeri ini bukan pemimpin semacam ini yang akan hadir paling tidak untuk sementara ini, yang akan hadir adalah yang dipilih rame-rame tanpa harus memperhatikan keimanan maupun amal shalehnya. Artinya salah kita sendiri bila dengan sengaja kita memilih pemimpin tanpa pertimbangan kekuatan bekal ruhiyah dan jasadiyah !
Maka apa yang bisa kita lakukan ? mutung tidak ikut perjalanan kafilah besar ini ? Masih banyak yang bisa kita lakukan. Kita bisa berada dalam perjalanan kafilah besar ini, tetapi dari waktu kewaktu kita harus rajin membaca peta perjalanan – dan teriak keras mengingatkan pemimpin perjalanan bila dia melenceng.
Berada di dalam kafilah perjalanan tidak berarti menerima tanpa syarat kemanapun kafilah dibawa oleh para pemimpin perjalanan. Bila dia mau mengajak kita masuk jurang, masak kita juga ngikut saja ? pengikut perjalanan harus berani teriak mengingatkan dan ketika kereta pemimpin yang di depan bener-bener nyungsep ke jurang, pengikut harus bisa melompat menyelamatkan diri.
Atau ada alternatif lain, kita tidak ikut rombongan perjalanan kafilah tersebut. Kita menempuh perjalanan sendiri dalam rombongan lain, membaca petunjuk jalan yang benar kemudian menempuhnya secara sungguh-sungguh. Dari waktu kewaktu kemudian kita juga masih bisa berinteraksi dengan kafilah yang besar tersebut, dengan memberitahu mereka bila perjalanan yang mereka tempuh keliru.
Tetapi masalahnya di perjalanan panjang kafilah negeri ini bukan pemimpin semacam ini yang akan hadir paling tidak untuk sementara ini, yang akan hadir adalah yang dipilih rame-rame tanpa harus memperhatikan keimanan maupun amal shalehnya. Artinya salah kita sendiri bila dengan sengaja kita memilih pemimpin tanpa pertimbangan kekuatan bekal ruhiyah dan jasadiyah !
Maka apa yang bisa kita lakukan ? mutung tidak ikut perjalanan kafilah besar ini ? Masih banyak yang bisa kita lakukan. Kita bisa berada dalam perjalanan kafilah besar ini, tetapi dari waktu kewaktu kita harus rajin membaca peta perjalanan – dan teriak keras mengingatkan pemimpin perjalanan bila dia melenceng.
Berada di dalam kafilah perjalanan tidak berarti menerima tanpa syarat kemanapun kafilah dibawa oleh para pemimpin perjalanan. Bila dia mau mengajak kita masuk jurang, masak kita juga ngikut saja ? pengikut perjalanan harus berani teriak mengingatkan dan ketika kereta pemimpin yang di depan bener-bener nyungsep ke jurang, pengikut harus bisa melompat menyelamatkan diri.
Atau ada alternatif lain, kita tidak ikut rombongan perjalanan kafilah tersebut. Kita menempuh perjalanan sendiri dalam rombongan lain, membaca petunjuk jalan yang benar kemudian menempuhnya secara sungguh-sungguh. Dari waktu kewaktu kemudian kita juga masih bisa berinteraksi dengan kafilah yang besar tersebut, dengan memberitahu mereka bila perjalanan yang mereka tempuh keliru.
Wallahu A'lam.
www.rumah-hikmah.com
Tulisan Terkait:
- Alasan Berhenti Berhutang
- Pentingnya Kaum Produsen dalam Sebuah Negara.
- Tanaman Merambat yang menjadi Sumber Pangan
- Al Quran sebagai sumber inspirasi pertanian kita
- Desain Pertanian Qur'ani (menurut Al Qur'an)
- Tugas kita untuk memakmurkan Bumi dan Umat
- Investasi yang Islami, prinsip 1/3 Rule
- Syirkah (Kerjasama) didalam 3 Hal
Info Bisnis:
- Tips Membangun Usaha
- Indahnya mulai Usaha dgn Bootstrapping
- Membuat cita-cita besar
- Rejeki Tidak Terbatas
- Kategorikan Aset Anda
- Bisnis Mandiri kita semua
- Membuat perencanaan Usaha Mandiri
- Musibah oleh Perbuatan Kita Sendiri.
- Sikap kita dalam mengatasi Krisis.
Info Keuangan:
- Dinar Islam
- Dinar Emas sebagai Pengukur Kemakmuran dan Perencanaan Keuangan
- Investasi Emas: Koin Dinar, Emas Lantakan atau Emas Perhiasan ?
- Belajar Emas: Pelajari walau sampai Negeri Cina
- Bangun Ketahanan Ekonomi Keluarga dengan Dinar, tapi Jangan Menimbun Emas...!
- Antara Kambing, Dinar dan Inflasi
- Bukti bahwa Uang Kertas itu Memiskinkan Dunia.
- Inflasi yang Terus Menerus...
- Arti Kemakmuran di System Dajjal.
- 1971 adalah awal dari Manipulasi Uang Kertas.
- Belajar dari Krisis Keuangan Dunia.
Description: Mencari Pemimpin Kafilah Perjalanan Umat
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Mencari Pemimpin Kafilah Perjalanan Umat